Jumat, 12 Desember 2014

KEPADA BUYA HAMKA

Kisah Persahabatan Ahmad dan David

Persahabatan Ahmad dan David telah berlangsung sejak mereka dilahirkan.
Mereka berdua lahir di tempat yang sama, tumbuh dan besar bersama, sekolah, bermain suka dan duka selalu dilalui bersama sama, bahkan bagi David, Ahmad lebih dari sekedar sahabat, David ikut sakit kalau Ahmad sakit, demikian pula bagi Ahmad, dia rela mengorbankan apa saja untuk sahabatnya tercinta David.
Ahmad selalu menceritakan semua perasaan hatinya kepada David sebelum pada orang lain, pun David sebaliknya, tak ada Rahasua David yang Ahmad tidak tahu.

Hanya ada satu hal yang membuat David bertanya tanya,
Sejauh ini, hampir 20 tahun persahabatan mereka, namun tak sekalipun Ahmad sahabatnya tercinta hadir di pesta Natal keluarganya. Jangankan hadir, sekedar mengucapkan Selamat Natalpun, Ahmad tidak pernah, padahal jika Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Qurban, David dan keluarga selalu hadir ditengah tengab keluarga besar Ahmad, bahkan tak jarang kedua orang tua David juga ikut repot menybut perayaan Iedul Fitri.

Pertanyaan ini terus mengusik hati dan pikiran David, ia mulai merasakan persahabatan Ahmad dengannya bukanlah persahabatan yang tulus.

Malam Natal ini David sengaja mengundang Ahmad dan keluarganya untuk datang kerumahnya untuk merayakan Natal bersama.
Namun tak ada jawaban sama sekali dari Ahmad.
David sangat kecewa dan marah pada sahabatnya. "Persahabatan macam apa ini?" Batinnya.

Esok harinya David menemui Ahmad di Kampus, hatinya masih kesal dan dongkol pada sahabatnya itu.

" Bagaimana Natal mu, Dave?" tanya Ahmad ringan seolah tak merasakan kekecewaan David.

"Kenapa Kau tak datang, Ah?" David balik bertanya. Dingin

"Sorry, aku Muslim. Agamaku melarang" jawab Ahmad

"OK, aku tahu." David menarik nafas dalam, "Sekarang kau bahkan tak mau memberikan ucapan Selamat padaku?" lanjutnya.

"Aku tak bisa, Dave!" Ahmad tegas.

"Aku mohon Ah, sekali ini saja kau ucapkan itu untukku sahabatmu, sekali saja, aku ingin mendengarnya dari mu!" pinta David serius.

"Maaf kan aku sahabatku, agamaky melarang aku mengucapkan itu."
Ahmad menjawab kalem.

"Tapi kenapa? Itukan cuma kata kata? Lagian banyak tuh teman teman muslim ku yang lain yg mengucapkan srlamat padaku." Sergah David.

"Tapi aku tak bisa, mereka mungkin belum tahu." Ahmad tetap santai.

"What is wrong with you, Ah? It just words, my best friend, it just words!!!!" David mulai habis kesabarannya.

Ahmad merangkul bahu David sahabatnya dan berkata, "Baiklah sahabatku, tapi sebelumnya mau kah kau mengycapkan 2 kalimah Syahadat seperti yang sering ku ucapkan?"

David tertegun. Bagaimana mungkin dirinya harus mengucapkan Syahadat?

"Maaf Ah, aku ga bisa" jawabnya pelan.

"Come on Dave, it just words!" Pintanya

David kembali tertegun. Kini dia mengerti kenapa Ahmad sahabatnya tak pernah mau mengucapkan selamat Natal padanya.

David tersenyum dan berkata, "OK Ah, aku paham sekarang. Itu memang cuma kata kata biasa, tapi kata kata itu bisa merusak keyakinanmu. Aku tak kan lagi mengundang mu ke pesta Natal ku. Maafkan aku sahabatku."
Plong....

"Alhamdulillah, thanks for understanding my best friend," jawab Ahmad.

Mereka pun berpelukan dan berjalan bersampingan membelah salju yang terus memutihkan kota kecil tempat mereka berdua dilahirkan, Mainz.

Kisah ini kupersembahkan kepada Buya Hamka yang memilih mundur dari jabatan Menteri Agama dari pada harus mengucapkan selamat natal.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar